Sabtu, 25 Agustus 2012

Kisah Ibu Penjual Tempe


Suatu pagi di sebuah perkampungan miskin. Tampak seorang ibu dengan penuh semangat sedang membikin adonan untuk membuat tempe, pekerjaan membuat dan menjual tempe telah digeluti selama bertahun-tahun sepeninggal suaminya.
Saat membuat adonan, sesekali pikirannya menerawang pada sepucuk surat yang baru diterima dari putranya yang sedang menuntut ilmu di rantau orang. Dalam surat itu tertulis, “Bunda tercinta, dengan berat hati, ananda mohon maaf harus mohon dikirim uang kuliah agar dapat mengikuti ujian akhir. Ananda mengerti bahwa bunda telah berkorban begitu banyak untuk saya. Ananda berharap secepatnya menyelesaikan tugas belajar agar bisa menggantikan bunda memikul tanggung jawab keluarga dan membahagiakan bunda. Teriring salam sayang dari anakmu yang jauh.”
Dua hari lagi adalah hari pasaran, biasanya tempe hasil buatan si ibu dibawa ke pasar untuk dijual. Kali ini, tempe yang dibuat dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya, dengan harapan mendapatkan lebih banyak uang sehingga bisa mengirimkan ke anaknya.
Sehari menjelang hari pasar, hati dan pikiran si ibu panik karena tempe buatannya tidak jadi, entah karena konsentrasi yang tidak penuh atau porsi tempe yang dibuat melebihi biasanya. Kemudian si ibu pun  berdoa dgn khusuk di sela-sela waktu yang tersisa menjelang keberangkatannya ke pasar, memohon kepada Allah diberi kemujizatan agar tempenya siap dijual dalam keadaan jadi. Tetapi sampai tibanya dia di pasar, tempenya tetap belum jadi.
Sepanjang hari itu dagangannya tidak laku terjual. Si ibu tertunduk sedih, matanya berkaca-kaca membayangkan nasib anaknya yang bakal tidak bisa mengikuti ujian. Saat hari pasar hampir usai para pedagang lain pun mulai meninggalkan pasar, tiba-tiba datang seorang ibu berjalan dengan tergesa-gesa, “Bu, saya nyari tempe yang belum jadi, dari tadi nggak ada, ibu tahu saya harus cari ke mana?”
“Untuk apa tempe belum jadi kok dicari?” tanya si penjual heran.
“Saya mau membeli untuk dikirim ke anak saya di luar kota, dia sedang ngidam tempe khas kota ini,” kata ibu calon pembeli.
Ibu penjual tempe ternganga mendengar kata-kata yang baru didengarnya, seakan tak percaya pada nasib baiknya, seolah tangan Allah memberi kemurahan kepadanya. Akhirnya tempe dagangannya diborong habis tanpa sisa. Dia begitu senang, bersyukur dan menambah keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan diri umatnya selama manusia itu sendiri tidak putus asa dan tetap berjuang.
Kekuatan berusaha dan berdoa.
Pepatah kuno menyatakan, ora et labo`ra, berusaha dan berdoa. Memang, doa dan usaha harus seiring dan sejalan dalam perjalanan hidup setiap manusia. Doa dibutuhkan untuk mengingatkan kita agar senantiasa menapak langkah di jalan benar yang diridhoi oleh Allah Yang Maha Kuasa dan tetap mampu bersikap sabar, gigih, dan ulet saat menghadapi segala macam halangan, rintangan dan cobaan.

1 komentar:

  1. Halo Admin http://hengkykes.blogspot.com

    Kami dari Vemale.com, situs wanita grup dari KapanLagi.com.
    Apakah kita bisa kerjasama untuk bertukar link?

    Anda bisa menampilkan link Vemale.com di http://hengkykes.blogspot.com,
    Untuk posisi link-nya, kami berharap link dari Vemale.com diletakkan di sidebar kanan.
    Dan kami akan menampilkan link http://hengkykes.blogspot.com di halaman Vemale.com: http://www.vemale.com/inspiring/lentera/, sesuai dengan kategori kisah nyata/kisah inspirasi. Jika berkenan silahkan menghubungi kami via email di humas@kapanlagi.net dan sertakan email ini.

    Terima kasih atas kerjasamanya :)

    Salam,
    -- Humas Vemale.com
    Ari Rahmawati

    BalasHapus

isi komentar

Pengorbanan

Setan : TUHAN, aku melihat banyak manusia di bawah sana, aku sudàh pasang perangkap dan umpan,aku yakin mereka tidak akan menolaknnya dan me...