Kamis, 02 Agustus 2012


DASI ATAU SEPATU?


Diambil dari buku: Life is Colorful (Xavier Quentin Pranata)
Menjelang Natal, seorang ibu pergi ke toko untuk last shopping. Tiba-tiba dia teringat bahwa sudah lama dia tidak membelikan dasi untuk suami tercinta. Ketika lewat toko yang menjual dasi, dia mampir. Setelah memilih cukup lama—dan membuat pramuniaganya agak kesal—dia menjatuhkan pilihan pada dasi warna cerah.
“Mbak, berapa harga dasi ini?” tanyanya.
“Satu juta, Bu!”
“Kok mahal sekali?” jawab ibu itu. “Dengan uang satu juta saya bisa membelikan sepasang sepatu untuk suamiku!”
Kali ini pramuniaga itu tidak tahan lagi dan berkata ketus, “Kalau begitu, mengapa Ibu tidak membeli sepatu saja dan menggantungkannya di leher suami Ibu?”
Meskipun saya tidak setuju dengan jawaban yang ketus dari pramuniaga itu, kita bisa belajar dari situ. Pertama, setiap kita diciptakan unik. Tuhan memberikan karunia dan talenta yang berbeda-beda kepada kita. Tujuannya jelas. Agar kita tidak menjadi sombong dan mau bergantung kepada orang lain. Istilahnya complementary. Saat saya bekerja di Geoco, sebuah perusahaan minyak milik Perancis, saya pernah ditempatkan di sebuah  pulau yang banyak kerbaunya. Saat saya perhatikan, di atas kerbau itu ada burung-burung kecil yang asyik di sana. Ngapain? Ternyata dia mencari makan. Di tubuh kerbau itu banyak kutu. Burung itu dapat makanan. Kerbau itu dibebaskan dari pengganggu kecilnya yang setiap saat menghisap darahnya. Kerjasama yang saling menguntungkan bukan?
Kedua, jika kita menyadari hal itu, maka kita tidak perlu iri terhadap karunia dan talenta orang lain. Jika kita ingin memilikinya juga, minta kepada Sang Pemberi, yaitu Tuhan sendiri. Untuk mengembangkannya, kita perlu belajar, belajar dan belajar. Tuhan justru menuntut kita untuk mengembangkan talenta yang kita miliki.
Ketiga, karena menyadari bahwa di dalam hati setiap manusia bisa timbul iri hati karena karunia dan talenta yang berbeda, maka Rasul Paulus berkata, “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus” (1 Korintus 12:12).
Keempat, kita harus tahu di mana tempat kita di dalam tubuh dan berfungsi optimal. “Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.  Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?  Dan andaikata telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?  Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?  Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.  Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh?  Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh.  Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau.”” (1 Korintus 12:14-21).
Jadi, jika kita dasi, maka letak kita di leher. Jika kita sepatu, fungsi kita untuk melindungi kaki. Bolehkah sepatu dipasang di leher? Boleh saja, tetapi bentuknya kecil dan berubah fungsi sebagai hiasan. Ketika berada di Honolulu, saya membelikan isteri saya liontinberbentuk sandal. Jika Anda kreatif—atau sudah ikut seminar Entrepreneurship yang diadakan gereja di Shangrilla kemarin, coba pikirkan bagaimana membuat sepatu dengan model dasi. Unik kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Pengorbanan

Setan : TUHAN, aku melihat banyak manusia di bawah sana, aku sudàh pasang perangkap dan umpan,aku yakin mereka tidak akan menolaknnya dan me...